memilih cita-cita
saat masih kecil
aku suka jika ditanya cita-cita
karena ada yang pernah bilang
cita-cita bebas dipilih
gratis tanpa syarat prestise
belum ada embel-embel gaji harus besar dan duduk di kursi gedung-gedung tinggi
semuanya boleh
asalkan pergi sekolah dan jadi anak pintar
jadi hari itu aku ingin jadi dokter hewan
besoknya berubah jadi ilmuwan
Sabtu dan Minggu seniman
kerjanya gambar lolipop dan awan-awan
atau gigi ompong seorang teman
kalau bosan cukup berganti mimpi yang lain
nanti Mama sebut:
presiden,
pengacara,
penulis,
petani yang punya banyak sapi,
atau jadi seperti Puan Maharani
tapi, saat sudah besar
semuanya hendak bilang cita-cita itu berbayar dan butuh banyak uang
makanya kita harus pilih-pilih
yang bisa buat perut kenyang, tapi bukan nasi dan garam
atau tahu dan tempe berulang
saat sudah besar, cita-cita jadi menyebalkan
seperti seorang pejabat di TV yang doyan korupsi dan bersembunyi dibalik kepentingan